Indonesia, negara yang dikenal akan keberagamannya, baik itu keberagaman suku, ras, budaya, maupun bahasa. Menjadi negara dengan ragam bahasa terbanyak ke-2 setelah Papua Nugini, Indonesia memiliki kurang lebih sebanyak 718 ragam bahasa daerah di dalamnya. Keragaman bahasa yang tersebar di setiap daerah yang berbeda menjadikan ini sebagai keistimewaan sekaligus tantangan bagi masyarakat Indonesia untuk mempertahankan keutuhan bahasa daerah mereka yang kian hari kian kritis penggunaannya.
SMA Negeri 1 Mojosari menjadi salah satu SMA yang sangat beruntung karena mendapat kesempatan untuk menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan Krida untuk Aktivis SMA dengan tema, Parade Wajah Bahasa dan Kelas Kreatif Pembuatan Konten Digital Berbahasa Daerah (8—9/6).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Dalam kegiatan ini Wardoyo, S.Pd., M.M.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Mojosari saat membuka acara berpesan kepada para peserta kegiatan. “Ilmu itu mahal, kalian 50 siswa terpilih ini diharapkan menyerap setiap ilmu yang kalian dapatkan hari ini untuk langsung diterapkan sebaik mungkin.”
Selanjutnya, Dr. Umi Kulsum, S.S., M.Hum. selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur dalam sambutannya menekankan pentingnya pengutamaan bahasa Indonesia. Untuk mendukung internasionalisasi bahasa Indonesia banyak usaha yang sudah dilakukan. Di akhir sambutan disampaikan Tri Gatra Bahasa: Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.
Acara yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa daerah provinsi Jawa Timur tersebut diharapkan bisa menjadi kacamata bagi para generasi muda untuk melihat urgensi penggunaan bahasa daerah tiap tahunnya, betapa pentingnya pemertahanan bahasa daerah untuk dilakukan.
“Dalam pelaksanaannya, hal penting yang harus digarisbawahi dalam pemertahanan bahasa daerah adalah : Konservasi dan revitalisasi. Konservasi berarti pemeliharaan dan perlindungan, sedangkan revitalisasi bermakna penghidupan kembali dengan cara alih wahana,” sampai Dr. Oktavia Vidiyanti, M.Pd. dalam penyampaian pokok materinya.
Dampak globalisasi tentu menjadi salah satu alasan mengapa bahasa daerah mulai jarang digunakan, penggunaan bahasa asing, maupun percampuran (slang) lebih banyak diminati para kaum muda-mudi. Hal ini menjadi salah satu kecemasan terbesar akan bahasa daerah yang makin kritis penggunaan kian tahunnya.
Materi berikutnya adalah pemantaban penggunaan bahasa Indonesia. Ibu Dian Roesmiati, M.Hum. selaku pemateri mengajak para peserta untuk selalu peduli dengan perkembangan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia selalu berkembang. Tidak hanya menyerap dari bahasa daerah, tetapi juga dari bahasa asing. Sebagai contoh seiring berkembangnya drakor (drama Korea) muncullah fenomena di kalangan remaja dengan kata-kata baru: oppa, mager, gercep, dll.
Pada hari kedua para peserta difokuskan pada pembuatan konten digital. Bang Olga Bimaskara Dwika Rahmat selaku pemateri menampilkan berbagai contoh konten. Akhirnya para peserta langsung diajak untuk membuat konten sesuai idenya masing-masing.
Selama kegiatan berlangsung para peserta sangat antusias. Febriana Regina Artanti merasa sangat senang mengikuti kegiatan ini. “Materinya sangat menarik karena disampaikan langsung oleh para ahlinya. Di samping itu, banyak hadiahnya juga,” ceplosnya. Hal senada juga disampaikan Valiant Prawira A. “Pematerinya asyik, sehingga saya have fun mengikuti rentetan kegiatan ini.”
Penulis: Rania Zahra.
Peliput: Rania, dan Nesya.